Jelang Prosesi Melasti Karya Agung Pengurip Gumi, Baliho Kecil Bertaburan, Ketua DD Walhi Bali Prih

  • 20 Januari 2020
  • 22:35 WITA
  • News
Spanduk memuat ajakan membuang sampah dipasang dengan cara dipaku di pohon di jalur pemelastian Ida Bethara Batukaru, di Banjar Pasekan Desa Dajan Peken, Tabanan

 

Balitopnews.com, Tabanan - Serangkaian Karya Agung Pengurip Gumi di Pura Luhur Batukaru yang puncaknya akan jatuh pada angka cantik 20-02-2020, akan digelar prosesi melasti ke segara Tanah Lot. Pemelastian yang akan dilakukan dengan berjalan kaki pulang pergi tersebut akan berlangsung dari tanggal 29 Januari hingga tiga kedepannya.

 

Menjelang prosesi pemelastian tersebut, sejak beberapa hari terakhir ini di jalur Banjar Pasekan hingga beberapa kilometer kearah utara, dikanan kiri jalan dihiasi spanduk kecil yang memuat ajakan untuk membuang sampah pada tempatnya. Pantauan awak media ini, pada Minggu (19/1), terlihat pula spanduk-spanduk tersebut juga memuat nama-nama perusahaan tertentu.

 

Ketua Dewan Daerah Walhi Bali I Nyoman Sudirta saat dihubungi pada Senin (20 Januari 2020) menyayangkan pemasangan spanduk-spanduk tersebut yang sebagiannya di pohon perindang jalan. Ini banyak ditemukan disekitar jalan utama Banjar Pasekan, Desa Dajan Peken, Tabanan.

 

"Saya sangat menyayangkan pohon perindang diganggu dengan adanya pemasangan spanduk. Mirisnya, pemasangan spanduk dengan cara dipaku dipohon tersebut memuat ajakan melestarikan lingkungan, khususnya mengajak untuk membuang sampah pada tempatnya," ucapnya prihatin.

 

Sudirta yang merupakan warga Desa Babahan Penebel ini sejatinya salut dengan adanya sebuah gerakan kesadaran untuk melestarikan lingkungan. Hanya saja yang disayangkannya, ajakan mulia tersebut caranya justru dengan menyakiti pohon perindang jalan, yakni memasang spanduk tersebut dengan cara memaku di pohon.

 

"Sebaiknya ajakan melestarikan alam dilakukan dengan gerakan yang benar-benar bijak. Tidak dengan bertolak belakang dari kesadaran mulia untuk melestarikan lingkungan, yakni merusak pohon," kecamnya.

 

Sudirta sejatinya sangat mendukung dan bangga oleh adanya kesadaran masyarakat untuk bersama-sama mengkampanyekan pelestarian lingkungan. Termasuk kampanye untuk tidak membuang sampah sembarangan. Hanya saja ia menekankan kesadaran tersebut juga harus diperkuat dengan memahami aspek pelestarian lingkungan.

 

"Masyarakat luas harus terus diberikan pemahaman tentang aspek pelestarian lingkungan," tegasnya.

 

Lebih jauh Sudirta mengatakan bahwa Karya Agung Pengurip Gumi ini merupakan karya besar dan tidak digelar secara berkala. Sehingga baginya karya agung ini disambut dengan tulus kesucian pikir, kata dan karya. Salah satunya semua pihak agar sadar dan selalu menjaga kelestarian alam.

 

Terkait dengan hal tersebut, Sudirta memandang salah satu bentuk kontribusi kongkrit umat dalam menyukseskan Karya Agung Pengurip Gumi adalah tidak membuang sampah sembarangan. Termasuk tidak membuang sampah secara sembarangan dalam prosesi pemelastian nanti.

 

Iapun memandang perlunya hal tersebut dipublikasikan kepada masyarakat atau krama melalui perbekel, jro bendesa beserta stikholder terbawah. Termasuk pula melaui PKK dan sekeheteruna sebagai garda perintis untuk penanaman karakter dalam disiplin membuang sampah pada tempatnya.

 

"Ya, kedepan harus banyak dilakukan sosialisasi dan pembinaan untuk menyucikan tempat suci dengan tidak membuang sampah sembarangan. Malu dong melakukan sebuah ritual tetapi prilaku tetap kotor kalau buang sampah sembarangan," tutupnya. *Balitopnews.com/ rah


TAGS :

Komentar