Kopi Pewarta Kupas Kiat - Kiat  DTW Tanah Lot Survive Ditengah Pandemi COVID-19

Manajer Operasional DTW Tanah Lot I Wayan Sudiana saat menjadi narasumber di acara Kopi Pewarta

TABANAN, Balitopnews.com - Hantaman pandemi COVID-19 paling dirasakan sektor pariwisata. Pandemi yang sudah 1 tahun 1 bulan  melanda Indonesia termasuk Bali membuat babak belur  destinasi wisata. 

 

DayaTarik Wisata (DTW) Tanah Lot yang merupakan salah satu destinasi Top di Bali tak mampu menghindar dari hantaman pandemi. Destinasi yang berlokasi di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Tabanan ini pun terkeyok. Akibat pandemi jumlah kunjungan turun drastis hampir 99 persen. 

 

Bahkan sempat zero pengunjung karena sempat ditutup dari bulan April 2020 sampai Juni 2020. Namun pemerintah akhirnya membuka destinasi wisata  termasuk DTW Tanah Lot  mulai Juli 2020 sampai saat ini. 

 

Seperti apa DTW Tanah Lot survive ditengah hantaman pandemi? Berikut penjelasan Manajer Operasional DTW Tanah Lot I Wayan Sudiana saat menjadi narasumber Kopi Pewarta (Komunikasi Penuh Inspirasi, Persatuan Wartawan Tabanan), Senin (3 Mei 2021) 


 

Sudiana menjelaskan yang paling dirasakan pasca ditutup bulan April sampai Juni 2020, dan dibuka kembali Juli 2020  adalah turunya jumlah kunjungan hingga 90 persen. Bisa dibayangkan dari jumlah belasan ribu pengunjung per hari saat sebelum pandemi, menjadi puluhan orang. "Untuk saat ini jumlah kunjungan masih didominasi domestik kalau weekend bisa mencapai 400 orang, kalau weekday kisaran 200 orang, " jelas Sudiana. 

Tidak hanya domestik,wisatawan asing ekpatriat yang bekerja di Kalimantan, Sumatra banyak juga yang berkunjung ke Tanah Lot belakang ini. Untuk rata rata per bulan pendapatan saat pandemi kisaran Rp 300 Juta sampai Ro 350 Juta. Berbeda sebelum pandemi per bulan bisa sampai Rp 6 sampai Rp 7 Milyar. 

 

Karena penghasilan yang turun drastis, pihaknya tidak mampu memberikan gajih, karyawan hanya mendapat tunjangan beras dan  lauk pauk. " Banyak juga karyawan kami tidak mampu membayar kredit di bank. Dan sudah kami minta keringanan dari bank agar diberikan kelonggaran pembayaran kredit, " tandasnya. 

 

Sudiana menjelaskan upaya upaya yang telah dilakukan DTW Tanah Lot dalam rangka Adaptasi Kebiasaan Baru. Memberlakukan protokol kesehatan bagi wisatawan, menggunakan masker, jaga jarak, cek suhu tubuh, cuci tangan. 

"Kita amati setiap pengunjung harus pakai masker, cuci tangan jaga jarak dan itu sudah jadi budaya baru bagi wisatawan yang berkunjung ke Tanah Lot, " terangnya. 

Pihaknya juga telah menyandang sertifikat CHSE. Untuk vaksinasi sudah sebagian besar karyawan DTW Tanah Lot jalani vaksinasi. Begitu juga dengan masyarakat di Desa Beraban yang merupakan desa penyangga DTW Tanah Lot sudah menjalani vaksin tahap pertama. " Untuk vaksin tahap kedua akan digelar tanggal 20 Mei ini, " tandasnya. 

 

Diakuinya,  belakangan kerap mendapatkan pertanyaan dari karyawan kapan kondisi ini berakhir. 

"Saya sering ditanya kapan rame lagi . Saya jawab sebentar saja ramai lagi. Agar mereka tetap memiliki semangat, " tandasnya. 

 

Sementara itu untuk mengurai kejenuhan dan memberikan nuasa baru di Tanah Lot. Ia menerima masukan masukan dari karyawan yang ingin membuat sunari, pindekan dan layangan mengingat  saat ini kondisi angin mulai kencang. "Masukan teman teman saya tampung dan saya jalankan agar ada suasana baru untuk melawan kejenuhan dan memberikan hiburan bagi kami dan bagi wisatawan yang datang, " tambahnya. 

 

Pinekan dan sunari akan dipasang di depan kantor. Sementara layangan di parkiran yang lagi sepi kendaraan pengunjung. 

 

"Wisatawan yang ikut melayangan kita persilahkan, agar mereka terhibur dan teman teman lebih semangat, " tandasnya.   Ada  keinginan untuk menggelar pentas seni secara terbatas, namun masih terbentur PPKM. " Setelah dikoordinasikan akhirnya rencana tersebut diurungkan karena terbentur PPKM dan kami fokus untuk target zona hijau," pungkasnya. ( Md) 

 


TAGS :

Komentar