"Katakan dengan Tenun" Menjaga Eksistensi dan Kelestarian Tenun Indonesia

  • 12 Februari 2018
  • 20:47 WITA
  • News

RedRiceBalinews.com, BADUNG
Tantangan yang dihadapi oleh pengerajin tenun kian hari semakin berat. Kondisinya menjadi semakin berat akibat generasi muda yang cenderung kurang tertarik untuk melestarikan Tenun.

Hal itu disampaikan oleh pemerhati dan pengamat Tenun dalam acara diskusi dengan tema "Katakan dengan Tenun" di Geo Coffee, Kerobokan, Badung, Sabtu (10 Februari 2018 )

Acara yang  diinisiasi oleh Yayasan Wisnu dengan menghadirkan beberapa pembicara, yaitu Purwadi (dosen Antropologi Universitas Udayana), Cok Ratna Cora ( dosen Fashion ISI Denpasar), dan Ni Wayan Kusuma Wati ( Kadisperindag Prov. Bali).

Diskusi diawali dengan pemutaran film dokumenter tradisi tenun di Nusa Tenggara Timur dan Tenun Pringgasela dari Nusa Tenggara Barat, karya Ady Maulana. Purwadi di dalam diskusi tersebut menjelaskan motif-motif yang terdapat dalam Tenun NTT memiliki pola angka yang dianggap sakral, yaitu angka 2, 4, 8, dan 16. “Motif-motif tersebut memiliki makna filisofis, misalnya angka 2 memiliki makna cermin, artinya masyarakat mempercayai bahwa kehidupan ini memiliki dua hal yang saling berlawanan,” ungkapnya.

Terkait masalah yang mengancam eksistensi dan kelestarian Tenun, mereka sepakat bahwa permasalahan regenerasi menjadi masalah utama yang perlu mendapatkan perhatian. Disamping itu kesulitan mendapatkan bahan baku seperti serat kapas membuat para pengerajin akhirnya memilih bahan pabrikan, hal ini yang lantas menurunkan kualitas dari karya para pengrajin tenun.

Cok Ratna menambahkan, kemajuan tekhnologi hari ini yang menawarkan berbagai kemudahan khusunya dalam proses pengerjaan tenun, kemunculan mesin printing menjadi saingan berat bagi penenun tradisional karena selain efisiensi, harga yang ditawarkan juga sangat jauh dibandingkan Tenun tradisional yang dibuat secara manual. "Kalau yang masing mengerjakan dengan tradiaional harganya terbilang mahal dan itu wajar, namun banyak pembeli yang tidak paham dengan prosesnya" ungkap Cok Ratna. RRBNC
 


TAGS :

Komentar