Pinandita Sanggraha Nusantara 'Reformasi Ritual Upakara dan Upacara Ngaben'

  • 17 September 2018
  • 14:22 WITA
  • News

Pemaparan materi seminar oleh para nara sumber (Foto: Balitopnews.com)

Balitopnews.com, Denpasar - Setelah sukses menyelenggarakan seminar mengenai fenomena "Kerauhan (kesurupan) Zaman Now", Pinandita Sanggraha Nusantara (PSN) Kota Denpasar kembali menggelar seminar yang membahas tema "Reformasi Ritual Upakara dan Upacara Ngaben", Minggu 16 September 2018, di Gedung Santi Graha, Jl. PB. Sudirman, Denpasar.

Ketua panitia pelaksana, Pinandita I Wayan Dodi Ariyanta mengatakan seminar ini diikuti oleh 350 peserta dari seluruh Bali, dari berbagai instansi, pemangku, PHDI, perwakilan mahasiswa, forum penyuluh agama hindu, bahkan ada beberapa peserta yang datang dari luar Bali. Antusias masyarakat terhadap tema seminar ini sangat besar, terbukti dalam satu hari saja dibuka pendaftarannya quota peserta langsung penuh.

Hadir sebagai pemateri dalam seminar tersebut yaitu Ida Pandita Mpu Acaryananda yang membawakan materi seminar tentang "Susahnya Mati di Tanah Bali, Kremasi Sebagai Salah Satu Solusi". Ida Pedanda Gede Buruan Manuaba membawakan tentang "Ketatwaning Ngaben." Dan Ida Rsi Bujangga Waisnawa Putra Sara Satya Jyoti membawakan tentang "Dilema Ngaben, Meluruskan Tradisi yang Memberatkan Umat."

Ketua PSN Korda Denpasar, Pinandita Putu Gede Suranata menjelaskan kegiatan seminar ini dilaksanakan dalam rangkaian HUT ke II PSN Korda Denpasar. Dalam rangkaian HUT ini juga akan dilaksanakan kegiatan Pebayuhan sapuh leger gratis, dan pada perayaan puncaknya di isi dengan perenungan. "Adapun tujuan kami mengadakan kegiatan seminar ini supaya diungkap mengenai ngaben yang patut dan puput, sehingga ngaben tidak lagi memberatkan umat," ungkapnya.

Ida Rsi Bujangga Waisnawa Putra Sara Satya Jyoti mengatakan bahwa kehidupan ekonomi masyarakat Bali yang dulu berprofesi dibidang agraris sudah semakin surut, tergantikan oleh industri pariwisata dan jasa. Permasalahan yang disampaikan masyarakat yang bergerak di industri dan jasa tidak boleh libur lama. Sehingga banyak masyarakat yang mencari yadnya yang praktis. Beliau juga melihat banyak masyarakat masih bingung mengenai yadnya inti dan bukan inti, yang menyebabkan biaya upakara yang tinggi.

Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda juga sependapat dengan Ida Rsi, beliau berharap di setiap desa pakraman memiliki kremasi dan dikelola oleh desa pakraman itu sendiri. Beliau mengkhawatirkan banyak masyarakat akan pindah agama jika berupacara masih memberatkan umat. Sebagai pembicara terakhir Ida Pedanda Gede Buruan Manuaba menyatakan kita tidak boleh mengguranggi Banten tapi gunakan ,kanistan, madya ,dan utama sesuai kemampuan. Jangan sampai beryadnya " sugih metape lacur" ( kaya tapi mengaku miskin). (Ad/*)


TAGS :

Komentar