Lenticularis, Awan Serupa Tornado yang Muncul di Langit Gunung Agung

  • 24 Januari 2019
  • 07:40 WITA
  • News

Fenomena awan Lenticularis di langit Gunung Agung, Kamis 24 Januari 2019 (foto: Pasek Made)

BALITOPNEWS.COM, KARANGASEM - Fenomena awan Lenticularis kembali muncul di area langit dekat Gunung Agung, Karangasem-Bali. Kemunculan awan yang bentuknya menyerupai angin Tornado ini terlihat pada hari Kamis, 24 Januari 2019, pagi dan foto dari kemunculan awan ini sempat viral di media sosial.

Menurut Decky, Kasubid Pelayanan Jasa Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah III, Denpasar-Bali, awan yang memiliki nama latin Altocumulus Lenticularis atau Lenticularis Cloud dalam bahasa inggris ini, merupakan fenomena yang biasa muncul di daerah pegunungan.

Fenomena ini muncul akibat adanya arus udara lembab yang ada di sekitar kawasan gunung yang bergerak naik, arus udara ini kemudian menyebabkan pengembunan dan membentuk awan.

“ini (awan Altocumulus Lenticularis, red) biasa terjadi di daerah pegunungan, akibat pergerakan arus udara lembab,” ucapnya saat dihubungi awak media Balitopnews.com, Kamis 24 Januari 2019.

Berdasarkan informasi yang ada, fenomena ini terbentuk akibat adanya gelombang Lee atau Lee Wave atau diseut juga Rotor Wind. Dalam meteorologi, gelombang Lee adalah gelombang stasioner atmosfer. Bentuk yang paling umum adalah gelombang gunung, yang merupakan gelombang gravitasi internal atmosfer.

Gelombang ini terbentuk akibat perubahan berkala dari tekanan atmosfer, suhu dan ketinggian ortometrik dalam arus udara yang disebabkan oleh perpindahan vertikal, ketika angin berhembus di area gunung atau pegunungan.

Ini juga dapat disebabkan oleh angin permukaan yang bertiup di atas lereng curam atau dataran tinggi, atau bahkan oleh angin atas yang dibelokkan ke atas jalur termal atau jalan awan.

Gerakan vertikal ini memaksa perubahan berkala dalam kecepatan dan arah udara. Gelombang gunung ini kadang-kadang juga dapat membantu meningkatkan jumlah curah hujan di bawah pegunungan.

Namun, Awan Lenticular ini juga dapat berbahaya bagi penerbangan, perbedaan temperature yang ada dapat menyebabkan pergerakan udara menjadi tidak beraturan (Turbolensi).

Decky juga menghimbau kepada masyarakat, agar dapat mengupdate informasi cuaca sebagai sarana untuk merencanakan kegiatan, mengingat saat ini merupakan puncak musim penghujan yang dapat saja berdampak pada aktivitas sehari-hari masyarakat. (nai)


 


TAGS :

Komentar