INTI Bali, Peringatan Imlek Menjadi Momentum untuk Tingkatkan Rasa Persaudaraan

  • 24 Februari 2019
  • 04:20 WITA
  • News
Ketua INTI Bali, Sudiarta Indrajaya atau Sin (Foto: Balitopnews.com)

Balitopnews.com, Denpasar - Peringatan Hari Imlek 2570 yang jatuh pada 5 Februari pada penanggalan Masehi tahun 2019 ini digunakan sebagai momentum untuk memperkuat rasa persaudaraan oleh Pehimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Bali, baik itu diinternal masyarakat keturunan Tionghoa yang ada di Bali maupun dengan semua masyarakat Bali pada umumnya. Hal ini dilakukan dengan menggelar malam persaudaraan yang diselenggarakan di Gedung Ksirarnawa, Sabtu (23/2).

Acara tersebut juga dirangkaikan dengan “Deklarasi Memasyarakatkan Senam AW S3 di Bali” sekaligus perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-2 INTI Klub Bali Sehat (IKBS).

Ketua INTI Bali, Sudiarta Indrajaya atau yang dikenal akrab dengan nama Sin menjelaskan terkait tema "Membangun Harmoni dan Kebersamaan untuk Memperkuat Persatuan dan Kesatuan Bangsa", yang diangkat dalam acara ini menurutnya mempunyai makna yang sangat besar dan diharapkan menjadi perekat bangsa yang nantinya dapat mencerdaskan kehidupan bermasyarakat sekaligus meningkatkan karakter sumber daya manusia.

Merayakan hari Imlek merupakan salah satu ekspresi untuk saling menghargai dan memaknai perbedaan itu, dan perayaan Imlek ini adalah bagian terpenting dimana bisa menempatkan diri sebagai individu yang sosial dan tidak merasa sebagai orang Bali keturunan A, sebagai orang Bali keturunan keturunan C dan lain sebagainya, tetapi kita semua berada di tempat ini untuk merayakan hari Imlek 2570 secara bersama-sama, dalam rangka menumbuhkan perasaan-perasaan optimis bersaudara.

Untuk menuju perjalanan ke depan bukan tidak mungkin muncul perbedaan karena situasi politik dan situasi perekonomian bisa saja mengantarkan kita ke dalam perbedaan-perbedaan, dan kalau kita tidak kelola dengan baik maka akan menimbulkan sumber-sumber perpecahan.

Untuk itu, para ketua tokoh-tokoh dari INTI Bali dan juga tokoh-tokoh kita dari Bali diharapkan semuanya bisa bersinergi untuk mencegah potensi-potensi konflik itu agar tidak berkembang menjadi eskalasi yang lebih luas. Kita semua sudah memahami itu dan dalam pengalaman hidup bersama semuanya memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosi agar lebih baik.

Turut hadir dalam acara tersebut Sekretaris Daerah (<>Setda) Bali Dewa Made Indra. Dalam sambutannya mewakili Gubernur Bali, Dr. Ir. I Wayan Koster MM., yang berhalangan hadir meminta agar perbedaan tidak menjadi momok yang memecah belah kebersamaan di Bali. “Harus dilakukan bersama, bukan membangun tembok-tembok pemisah, tetapi bersama-sama harus membangun jembatan jembatan penghubung antara perbedaan satu sama yang lain,” ucapnya.

Menurutnya, suasana damai dan harmonis harus terus dijaga agar kehidupan masyarakat berjalan dengan baik, apalagi sebagai daerah pariwisata. Jangan ada catatan buruk yang dimiliki Bali dalam hidup berdampingan antar agama, khususnya dalam hal menjaga keharmonisan ditengah perbedaan.

"Keharmonisan inilah yang perlu dijaga, dan jangan pernah membuat jarak yang semakin jauh di antara kita di Bali, agar berdampingan ini dapat berjalan dengan baik", imbuh Dewa Indra lagi.

Bahkan keharmonisan yang nyata dapat kita jumpai dalam akulturasi budaya yang semua bisa bersama-sama menyaksikan bagaimana produk budaya dari Tionghoa dan produk budaya dari Bali bisa bersanding bersama.

Selain itu juga ditandai dengan terdapat beberapa tempat pemujaan yang juga berdampingan utuh sampai saat ini.

Sehingga tidak ada persaingan satu sama yang lain dan kita tetap saling menghargai satu sama yang lain lebih merupakan modal yang sangat baik untuk sebuah kehidupan bersama menatap masa depan bersama di Pulau Bali.(*)


TAGS :

Komentar