Peluang UMKM Produk Tembakau Alternatif di Tabanan Masih Terbuka Lebar

  • 26 Agustus 2019
  • 06:11 WITA
  • News

Balitopnews.com, Tabanan

Peluang bagi pengusaha muda  yang bergerak dibidang Usaha Mikro Kecil Menengah ( UMKM ) produk tembakau alternatif di kabupaten Tabanan sangatlah besar. Ini dibuktikan produsen produk tembakau alternative berupa Vape belum banyak.  Di Tabanan  baru  ada delapan produsen.

Hal itu terungkap dalam diskusi “Potensi UMKM Produk Tembakau Alternatif” yang digelar Koalisi Indonesia Bebas Tar (KABAR) bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Tabanan dan KNPI Tabanan ,Senin (26 Agustus 2019).

Diskusi yang dibuka oleh Asisten 1 Sekda Tabanan, A.A G Dalem Trisna Ngurah tersebut mengadirkan beberapa narasumber diantaranya Ketua KABAR, Ariyo Bimmo,  Ketua ICSB Tabanan Bagus Arya Kusuma, Asosiasi Vaper Bali I Nyoman Adi Wisnawa dan Sekertaris HIPMI Tabanan.

A A Dalem Trisna Ngurah menegaskan pemerintah kabupaten Tabanan mendukung sosialisasi terkait produk tembakau alternatif. “Para peserta menjadi tahu apa saja produk produk dari tembakau alternative ini. Dan juga bisa mengetahui positif  dan negatifnya,” tandasnya.  Pemerintah daerah selalu akan mendorong agar progruk tembakau alternatif ini bisa menumbuhkan UMKM UMKM baru di bidang tembakau alternatif di Tabanan.  

Sementara itu ketua KABAR , Ariyo Bimmo yang juga merupakan pengamat hukum mengatakan Pemerintah Pusat harus meyusun regulasi yang lebih komprehensif setelah sebelumnya mengatur penetapan pengenaan biaya cukai pada produk tembakau alternatif Oktober tahun lalu. “Pemrintah kini perlu menyusun regulasi yang lebih menyeluruh bagi produk ini termasuk aturan penjualan, promosi, iklan, sponsorship, serta tempat di mana produk tembakau alternatif bisa dikonsumsi,” katanya.

Ariyo juga menambahkan perumusan regulasi produk tembakau alternatif sebaiknya disesuaikan dengan tingkat resiko dan profilnya. “Jika dilihat dari hasil penelitian yang menyatakan produk ini lebih rendah resiko daripada rokok seharusnya regulasi yang dibuat berbeda dan tidak seketat rokok. Hal ini juga untuk menarik perokok aktif agar mau beralih kepada produk yang lebih redah resiko,” pungkasnya.

Sementara itu perwakilan dari Asosiasi Vape Bali Nyoman Adi Wisnawa mengatakan awalnya ia beralih dari penggunaan tembakau konvensional yakni rokok ke vape pada tahun 2016. Tujuan utama adalah mengurangi biaya hidup.  “Setelah beralih dari rokok konvesional ke vape saya merasaka perubahan drastis. Selain kerongkongan tidak serat lagi saat bangun tidur di pagi hari. Juga mampu menekan biaya jadi kantong saya bisa dikontrol,” tandasnya.

Ia kemudian mencari tahu apa sebenarnya yang terkandung di dalam likuid vape, dan berusaha untuk meraciknya. Tak ayal upaya tersebut akhrinya berhasil dan ia kemudian sebagai salah satu produsen likuid vape dan  sampai saat ini sebagai usaha yang digelutinya. “Produser likuid vape masih minim dan peluang untuk menjadi pengusaha di bidang ini sangat terbuka lebar,” tandasnya. ( Balitopnews.com / MD )


TAGS :

Komentar