Dua Kali Digelar Secara Ngubeng, Dengan Prokes Ketat Akhirnya Desa Adat Kesiman Gelar Upacara Ngerebong 

Prosesi upacara ngerebong di Desa Adat Kesiman Kecamatan Denpasar Timur, hari ini Redite Pon wuku Medangsia (Minggu, 2 Mei 2021)

DENPASAR, Balitopnews.com - Setelah sempat 2 kali Ngubeng, Desa Adat Kesiman Kecamatan Denpasar Timur, hari ini Redite Pon wuku Medangsia (Minggu, 2 Mei 2021) menggelar Upacara Ngrebong.

 

Upacara yang rutin dilaksanakan delapan hari setelah hari raya Kuningan ini,  berlangsung di Pura Agung Petilan Desa Adat Kesiman di Jalan WR Supratman, Denpasar. 

 

Bendesa Adat Kesiman, I Ketut Wisna mengatakan konsep Pengerebongan ini adalah dari kata Ngerebu yang berarti suatu pesta oleh raja kepada rakyatnya dengan tatanan yang ada di Desa Kesiman dengan Tata Dewa nya melaksanakan Tata Keraton.

 

Artinya Sang Pencipta dipersonifikasikan seperti tatanan keraton, ada raja, patih, dan seterusnya. 

 

"Ini membaur dalam satu pesta kegembiraan, dan ada Napak Pertiwi penyatuan dari unsur pertiwi dan akasa  dengan Ngereh Lemah, dengan Ngiterin Bhuana di wantilan Pura Agung Petilan sebagai porosnya," sebutnya.

 

Ia menambahkan Pemilet (peserta-red) ada yang dari Desa Adat Kesiman dan di luar Desa Adat. Persembahyangan diawali oleh Krama dari Desa Kesiman Petilan, lalu Krama Desa Kesiman Kertalangu, lalu Krama dari Kelurahan Kesiman. 

 

"Dari luar Desa Adat Kesiman ada dari Pemogan, Sawangan, Sanur, Bekul, dan beberapa desa lagi, itu waktu persembahyangannya menyesuaikan," imbuhnya.

 

Ketut Wisna menuturkan, ritual Pengerebongan ini adalah warisan budaya tak benda yang telah diakui dan terdaftar oleh negara, melalui keputusan Mendikbud tanggal 10 Oktober 2018.


 

Bendesa Adat Kesiman, I Ketut Wisna juga mengatakan  ritual yang berlangsung sehari ini diikuti oleh 31 banjar di wilayah Desa Adat Kesiman serta pelawatan Ida Bhatara dari beberapa Pura di luar wilayah Kesiman yang memiliki keterkaitan dengan Kesiman antara lain Sanur, Bukit Jimbaran, Pamogan, Bekul, Tohpati. 

 

Dalam prosesi Ngrebong,   dimulai dengan mengitari wantilan Pura Agung Petilan sebanyak 3 kali. Saat mengitari wantilan inilah kerauhan massal terjadi. Hingga beberapa pemedek yang mengalami kerauhan akan menusukan sebilah keris ke bagian tubuhnya yang dikenal dengan istilah ngurek.(gix)

 


TAGS :

Komentar