BEM FT UNHI Ajak Mahasiswa Berpikir Out Of The Box Lewat Film Masalah Kota Denpasar

Balitopnews.com, Denpasar – Badan Eksekutif Mahasiswa ( BEM ) Fakultas Teknik Universitas Hindu Indonesia mengajak mahasiswa berpikir out of the box.

Ajakan tersebut terungkap dalam gelar Agni Hitam  Screening Film “Derita Sudah Naik Seleher” karya Erick EST, Sabtu (18 January 2020) di Lapangan Tenis UNHI Denpasar.

Ketua BEM FT UNHI  Adi Setyawan mengatakan acara Agni Hitam dengan pemutaran film yang bertempatan di Lapangan Tenis UNHI bertemakan “Denpasar Sedang Tidak Baik Baik Saja”.  “Maksud dan tujuan kegiatan ini  untuk mengajak mahasiswa lainnya agar berpikir out of the box,” tandasnya. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Organisasi Internal dan Ekternal kampus.

Menurutnya, pembangunan yang tidak sesuai dengan kapasitas ruang terbuka hijau dan melebihi dari kapasitas aturan tentang tinggi bangunan mempengaruhi jumlah demografi, transportasi bahkan limbah yang terus meningkat setiap tahunnya sehingga berdampak luas terhadap lingkungan.

Acara tersebut menghadirkan Erick ES selaku sutradara dan menjadi pemantik saat diskusi bersama I Gusti Putu Anindya Putra Selaku Kepala Pusat Studi (PWK) Perencanaan Wilayah Kota.

Menanggapi peliknya perencanaan Pembangunan  Kota Denpasar, pemutaran Film tersebut memberikan edukasi audio visual terhadap Mahasiswa  tentang pengaruh Pembangunan yang berdampak pada budaya dan prilaku masyarakat.

Erick EST mengatakan , kapasitas pembangunan yang membludak di daerah Bali Selatan menjadi penyebab kemacetan dan pertumbuhan demografi yang meningkat. “Bayangkan untuk menuju wilayah Canggu dari Kota Denpasar membutuhkan waktu sampai sejam. Kalau pembangunan ditambah lagi kedepannya maka berapa jam di butuhkan untuk menuju Canggu? Padahal jarak tempuh menuju Canggu tidak jauh,”  tanya Erick

Sementara itu menurut Anindya pembangunan Kota Denpasar  masih banyak perlu di tata kembali dari aspek tata ruangnya dengan memaksimalkan SDM yang sadar akan prilakunya. Sebab prilaku manusia di setiap Kota akan menjadi budaya yang mengakar oleh sebab itu untuk mempertahankan Adat Budaya Bali mesti dibangun atas aspek konvensional daerah yang berkearifan lokal.

Dikatakanya, model arsitektur asta kosala kosali asta bumi menjadi solusi atas kelestarian budaya dengan memaksimalkan mahasiswa Civil Engineer dan Urban Planning dalam melestarikan konsep ruang kebudayaan serta seluruh mahasiswa wajib terlibat aktif dalam hal pengkajian lingkungan. “Sehingga prilaku melek terhadap masalah lingkungan mewujudkan harmonisasi Tri Hita Karana,” tandasnya. (Balitopnews.com/md/rls)


TAGS :

Komentar