Toleransi Beragama Dalam Akulturasi Kebudayaan: Kisah Vihara Buddhavamsa Singaraja

Tampak akulturasi bangunan dari Vihara Buddhavamsa Singaraja  (foto by Komang Duta)

SINGARAJA,Balitopnews.com - Suasana memesona Vihara Buddhavamsa Singaraja, Jalan Pulau Sugara No. 2, Buleleng, memikat para pengunjung dengan ornamen khas Bali yang mengelilingi vihara.

Dibuat oleh seniman Bali, ornamen ini menyambut setiap mata yang melihat dengan keindahan candi Bali yang memukau sebelum memasuki vihara.

Didirikan pada tahun 2002 dan disahkan pada 2004, Vihara Buddhavamsa menjadi perwujudan kerja keras masyarakat yang mendukung pembangunannya secara bertahap. Dikelola dengan cermat oleh staf dan dijaga kebersihannya, vihara ini menjadi tempat persembahyangan yang tenang dan khusyuk.

Area vihara, selain menawarkan keindahan arsitektur Bali, juga diselimuti kesejukan pepohonan, menciptakan suasana yang mendukung spiritualitas bagi para pengunjung yang ingin bersembahyang.

Dharmasala di vihara ini menjadi tempat untuk memuja dan berbakti, sementara ruang serbaguna seringkali menjadi tempat pembelajaran, terutama bagi anak-anak pada hari Minggu.
 

Salah satu pengelola Vihara Buddhavamsa
Romo, Gede Sugiarta, mengatakan terdapat sebuah tulisan Sansekerta di bawah patung Budha yang memiliki kemiripan dengan aksara bali. Melangkah dari lantai satu ke lantai dua, pengunjung disuguhkan dengan keindahan ornamen Bali yang dikolaborasikan dengan elemen budaya Buddha, menciptakan pengalaman visual yang memukau di tangga maupun pagar bangunan, di samping itu vihara ini berdampingan pula dengan pemandangan laut yang memukau.

Vihara ini mengalami perkembangan dengan penambahan satu lantai, dari sebelumnya hanya satu lantai yang digunakan sebagai dharmasala untuk persembahyangan. Kini, dengan perkembangannya, lantai kedua difungsikan khusus untuk persembahyangan, sementara lantai pertama telah diubah menjadi gedung serbaguna. Gedung ini kini menyelenggarakan berbagai kegiatan seperti rapat, sekolah hari Minggu, dan kegiatan lainnya yang menawarkan ruang multifungsi untuk komunitas vihara dan masyarakat sekitar

Ornamen yang terdapat dalam vihara ini merupakan ornamen asli Bali yang langsung dibuat dari Bondalem, Petandakan serta Alasangker dengan ciri khas Bali yang sangat melekat. Dari ujung pagar utara sampai Selatan serta tak lepas di dalam lantai 1 dan lantai 2 terdapat pula ornamen Bali seperti karang gajah, serta ukiran kecil lain yang menditail.

Vihara ini menyesuaikan di mana ia berada seperti jika di Tiongkok ukirannya naga yang besar, di manapun agama berkembang itu akan mengikuti adat di sana contoh kecilnya yaitu ornamen bali tersebut.

Agama Buddha memiliki 4 hari raya besar dalam setahun, vihara ini sangat menonjolkan toleransinya. Vihara Buddhavamsa membuka pintunya dengan ramah bagi semua orang, bahkan mereka yang bersembahyang dengan keyakinan yang berbeda, seperti umah Hindu. Saat upacara tertentu di vihara ini akan dijaga oleh pecalang, bahkan saat umat Hindu ingin bersembahyang sudah terdapat tempat menaruh dupa, hanya saja jika bersembahyang ke tempat ini tidak di perbolehkan menggunakan persembahan berupa daging. Vihara ini sangat menjunjung toleransi. tampak dari tempatnya, bahkan dari keterbukaannya terhadap agama-agama lainnya, hal ini membuat Vihara Buddhavamsa banyak di kunjungi orang-orang.**


 

 


TAGS :

Komentar