Cotton Club Local Heroes, Inspirasi Perjuangan Talenta Lokal

  • 11 April 2019
  • 08:08 WITA
  • News
CEO Global Event Management (GEM), Seycil Ciceylia Sinaga (Foto: Adhi/ Balitopnews.com)

Balitopnews.com, Badung - Kondisi tenaga kerja dan atau talenta orang Indonesia yang dihargai lebih rendah dibandingkan dengan orang kulit putih, menjadi salah satu hal yang menginspirasi Seycil Ciceylia Sinaga untuk menggagas sebuah event yang ia beri nama "Cotton Club" dengan tajuk "Local Heroes".

Cotton Club, menurut Seycil bukan hanya sekedar event entertainment, namun di dalamnya ada semangat mengangkat dan mendukung talenta-talenta lokal yang kita miliki.

Menurutnya ide konsep dalam Cotton Club ini juga terinspirasi dari kisah sebuah club malam orang kulit hitam di Amerika sekitar tahun 1920-an. Saat itu, dimana politik warna kulit masih begitu kuat di Amerika.

Cotton Club merupakan sebuah club malam di Harlem, New York saat itu. Ketika paham ras antara kulit hitam dan kulit putih masih berkembang kuat.

Kondisi sentimen negatif ras tersebut, membuat orang-orang kulit hitam yang ada di sana mengalami perlakuan diskriminatif baik oleh lingkungan sosial maupun pemerintah.

Bahkan mereka juga tidak boleh masuk ke tempat hiburan dan mendapatkan hiburan yang sama sebagaimana yang didapatkan orang kulit putih.

Namun, meski di tengah kondisi seperti itu, orang kulit hitam di sana tidak menyerah, mereka justru membuat club hiburan mereka sendiri, yang diberi nama "Cotton Club".

Club ini selain menjadi tempat hiburan bagi kalangan mereka, juga menjadi panggung untuk mengapresiasi talenta-talenta kaum mereka. Hingga akhirnya menjadi terkenal dan banyak dikunjungi orang.

Dari kisah tersebut Seycil melihat ada kemiripan dengan kondisi yang ada di Indonesia, khususnya di Bali hari ini. Khususnya dalam penghargaan terhadap talenta-talenta lokal kita, yang dihargai lebih rendah dibandingkan orang asing terutama orang bule.

“Banyak kasus yang terjadi, kita punya talenta-talenta besar namun nasibnya sangat ironi, karena skill dan dedikasinya seperti diabaikan oleh lingkungan kita sendiri,” jelas perempuan asal Sumatera Utara ini, Rabu, 10 April 2019.

Seycil sendiri memiliki pengalaman bagaimana ia diberi gaji jauh lebih kecil dari gaji orang bule yang bekerja pada level yang sama dengannya, bahkan dia mendapatkan beban kerja yang lebih banyak.

Semangat itulah yang kemudian mendorongnya untuk menggagas konsep hingga lahirlah Cotton Club ini. Dalam setiap event Cotton Club selalu menghadirkan sosok lokal dengan talenta internasional.

Ada tiga tempat yang selama ini digunakan sebagai ajang Cotton Club yakni, Jambul Uwuk di Petitenget, Opera yang memiliki komunitas bilionare dan Rebenga Lounge & Kitchen.

Pada event Cotton Club yang diadakan di Rebenga Lounge & Kitchen, Rabu (10/4/2019), hadir Remy Irwan Cello yang merupakan DJ profesional dengan jam terbang 30 tahun di musik Techno.

Laki - laki yang sudah malang melintang di dunia music techno ini mengatakan bahwa 3 tahun belakangan ini Bali menjadi barometer elektronik musik ini di Indonesia maupun asia pasific pada umumnya.

Menurutnya, karena DJ (disc Jockey) dunia pasti memiliki hasrat untuk bermain di club-club yang ada di Bali saat ini.

Di Jakarta dan Bandung, menurutnya yang lebih banyak gaya electronic dance music (EDM) dan RNB, peminat di Bali lebih bebas, jadi mereka bisa bermain lebih menyimpang atau lebih ekspresif, disitulah mengapa Bali bisa dibilang tempat dari lahirnya gaya-gaya baru elektronik musik ini.

Selain itu dihadirkan pula, Ayip Dzuhri, mixologist yang memiliki prestasi internasional.

Kembali menurut Seycil, para Local Heroes itu bukan hanya punya skill tinggi di bidang masing-masing, namun juga turut mengharumkan nama Indonesia di mancanegara.

“Di Cotton Club ini mereka menunjukkan skill nya secara bebas sesuai insting dan nalurinya. Bisa jadi ketika mereka perform di tempat lain, lebih diatur oleh kebutuhan company, tapi disini mereka bebas berekspresi,” ujar CEO dari Global Event Management (GEM) ini.

Event regular itu, menurut Seycil, sudah berjalan selama setahun. Pihaknya selalu memilih lokasi club yang agak tersembunyi untuk mendekatkan dengan situasi Cotton Club di era 1920-an.

Ia berharap melalui event ini dapat menginspirasi talenta-talenta muda yang ada di Indonesia, khususnya Bali dan memotivasi mereka untuk dapat meraih prestasi setinggi-tingginya dan berdiri sejajar dengan talenta-talenta asing.(Adhi)


TAGS :

Komentar